Akhir Sebuah Cerita
Bagai tersambar petir disiang bolong,
bagai terhujam sembilu hati ini saat membaca sebaris status yang
ditulis seseorang di jejaring sosial ‘facebook’. Sama sekali diluar
dugaan, aku hanya bisa terdiam sambil mengulang membaca, dan bertanya,
benarkah ini ?
Tanpa sadar kau telah menjilat ludahmu
sendiri, kau lupa dengan semua celaanmu terhadapnya dan sesuatu yang
menurutmu tidak mungkin. Kini kau ungkap sendiri kenyataan yang
sebenarnya. Kenyataan yang selama ini kau tutupi dengan berbagai alasan
dan jawaban klasik ‘tidak tahu’, setiap kali aku menanyakan kedekatanmu
dengannya dan komen komennya di ‘Facebook’.
Walau tak menduga sebelumnya bila kau
mampu membuat status seperti itu, aku menyikapinya dengan sikap dewasa.
Aku tenangkan diri, aku ambil HP dan kukirimkan sebuah pesan singkat
ucapan selamat, turut berbahagia dan sedikit do’a kecil.
Sejujurnya aku tak mampu menutupi rasa
kecewa plus luka hatiku. Karena aku masih menaruh asa dan cinta padamu.
Tapi ketentuanNYA sudah berlaku, aku tidak boleh egois. Bila saat ini
kau memilih yang lain aku harus ikhlas. Ini adalah yang terbaik dariNYA
untuk kita berdua.
Sejarah telah terukir, kebersamaan kita
tak mungkin dipungkiri, cinta sudah terjalin, sayangpun telah mengalir,
mengakar dalam lubuk hati. Semua ini akan kusimpan, disimpan tidak
berarti dilupakan tetapi tersimpan sebagai sebuah kenangan. Kenangan
untuk menata diri agar bisa lebih baik lagi.
Aku harus berlapang dada menerima
kenyataan. Ini adalah jawaban atas pinta dan do’a-do’aku padaNYA. Bagiku
kebahagiaanmu dan sang pangeran kecil adalah yang utama. Semoga sang
pangeran kecil bisa membuka hati untuk menerima dia dan ketiga
bidadarinya menjadi bagian hidup kalian. Terimalah dia dengan segenap
cinta kasihmu, jangan sakiti hatinya dan jangan pernah mencuranginya.
Jangan melihat kekurangannya karena manusia tidak ada yang sempurna.
sumber: https://kejujurancinta.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar